Aaoww... dapet forwardan dari bini gw, bikin terharu... soalnya sering banget gw mikirin bini gw mati duluan, akhir akhir ini... soale mpir tiap minggu dia kluar kota, probabilitas mati kan lebih tinggi klo aktivitasnya kyk gitu dibanding gw, Wallahua'lam, mati mah bisa dimana aja... tapi ada hadis : bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah bisa mendahului sedekah, smoga Allah ridho ama apa yang gw lakukan n ngejaga gw ma keluarga gw, amin.
beeib... you know i love you... thx... mmuah
========
Empat
tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi, sering
aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istri saya sekarang di alam
surgawi, baik-baik sajakah?
Dia
pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan seorang suami yang tidak
mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil. Begitulah
yang kurasakan, karena selama ini saya merasa bahwa saya telah gagal,
tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak saya, dan gagal
untuk menjadi ayah dan ibu untuk anak saya. Pada suatu hari, ada urusan
penting di tempat kerja, aku harus segera berangkat ke kantor, anak saya
masih tertidur. Ohhh... aku harus menyediakan makan untuknya.
Karena
masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan. Setelah
memberitahu anak saya yang masih mengantuk, kemudian aku
bergegas berangkat ke tempat kerja. Peran
ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras.
Suatu
hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah bekerja
sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku, saya
langsung masuk ke kamar
tidur, dan melewatkan makan malam.
Namun, ketika
aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur sejenak
menghilangkan kepenatan, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang pecah
dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut dan..... disanalah
sumber 'masalah'nya ... sebuah mangkuk yang pecah dengan mie instan
yang berantakan diseprai dan selimut!
Oh...Tuhan!
Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan langsung
menghujani anak saya yang sedang gembira bermain dengan mainannya,
dengan pukulan-pukulan!
Dia
hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya
memberi penjelasan singkat :
"Dad,
tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah belum
pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah
mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada
orang dewasa di sekitar, maka aku menyalakan mesin air
minum ini dan menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah
dan yang satu lagi untuk saya .. Karena aku takut mie'nya akan menjadi
dingin, jadi aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat
sampai ayah pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku
sedang bermain dengan mainan saya ...
Saya
minta maaf Dad ... "
Seketika,
air mata mulai mengalir di pipiku ... tetapi, saya tidak ingin anak
saya melihat ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar mandi dan menangis
dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara tangis
saya.
Setelah
beberapa lama, aku hampiri anak saya, memeluknya dengan erat dan
memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku
membujuknya untuk tidur.
Kemudian
aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur.
Ketika
semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar
anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di
pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto mommy yang dikasihinya.
Satu
tahun berlalu sejak kejadian itu, saya mencoba, dalam periode ini,
untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah
dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua
kebutuhannya.
Tanpa
terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari Taman
Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan kenangan
buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan bahagia.
Namun...
belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, saya benar-benar
menyesal.... Guru
Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya
absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku
berharap dia bisa menjelaskan.
Tapi
ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami,
memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko
alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah,
membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan.
Dia
diam saja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, Dad".
Selang
beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara "pertunjukan
bakat" yang diadakan oleh sekolah, karena yang diundang adalah siswa
dengan ibunya.
Dan
itulah alasan ketidak hadirannya karena ia tidak punya ibu.....
Beberapa
hari setelah penghukuman dengan pukulan rotan, anakku pulang ke rumah
memberitahu saya, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan
menulis.
Sejak
saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri dikamarnya untuk berlatih
menulis, yang saya yakin, jika istri saya masih ada dan melihatnya ia
akan merasa bangga, tentu
saja dia membuat saya bangga juga!
Waktu
berlalu dengan begitu cepat, satu tahun telah lewat. Saat ini musim
dingin, dan Tahun Baru telah tiba.
Semangat
Tahun Baru ada dimana-mana juga di hati setiap orang yg lalu lalang... Suara
terompet dan bunyi kembang api yg menyala di angkasa terdengar
diseluruh pelosok jalan .... tapi astaga, anakku membuat masalah lagi..
Ketika
aku sedang menyelesaikan pekerjaan di hari-hari terakhir kerja,
tiba-tiba kantor pos menelpon. Karena pengiriman surat sedang mengalami
puncaknya, tukang pos juga sedang sibuk-sibuknya, suasana hati mereka
pun jadi kurang bagus.
Mereka
menelpon saya dengan marah-marah, untuk memberitahu bahwa anak saya
telah mengirim beberapa surat tanpa alamat.
Walaupun
saya sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anak saya lagi, tetapi
saya tidak bisa menahan diri untuk tidak memukulnya lagi, karena saya
merasa bahwa anak ini sudah benar-benar keterlaluan. Tapi
sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta maaf : "Maaf, Dad". Tidak
ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan alasannya melakukan itu.
Setelah
itu saya pergi ke kantor
pos untuk mengambil surat-surat tanpa alamat tersebut lalu
pulang. Sesampai
di rumah, dengan marah saya mendorong anak saya ke sudut mempertanyakan
kepadanya, perbuatan konyol apalagi ini? Apa
yang ada dikepalanya?
Jawabannya,
di tengah isak-tangisnya, adalah : "Surat-surat itu untuk mommy.....".
Tiba-tiba
mataku berkaca-kaca. .... tapi aku mencoba mengendalikan emosi dan
terus bertanya kepadanya:
"Tapi
kenapa kamu memposkan begitu banyak surat-surat, pada waktu yg sama?"
Jawaban
anakku itu : "Aku telah menulis surat buat mommy untuk waktu yang lama,
tapi setiap kali aku mau menjangkau kotak pos itu, terlalu tinggi
bagiku, sehingga aku tidak dapat memposkan surat-suratku.
Tapi
baru-baru ini, ketika aku kembali ke kotak pos, aku bisa mencapai kotak
itu dan aku mengirimkannya sekaligus".
Setelah
mendengar penjelasannya ini, aku kehilangan kata-kata, aku bingung,
tidak tahu apa yang harus aku lakukan, dan apa yang harus aku katakan
....
Aku
bilang pada anakku, "Nak, mommy sudah berada di surga, jadi untuk
selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk mommy, cukup
dengan membakar surat tersebut maka surat akan sampai kepada mommy.
Setelah
mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang, dan segera setelah itu, ia
bisa tidur dengan nyenyak.
Saya
berjanji akan membakar surat-surat atas namanya, jadi saya membawa
surat-surat tersebut ke luar, tapi.... saya jadi penasaran untuk tidak
membuka surat tersebut sebelum mereka berubah menjadi abu.
Dan
salah satu dari isi
surat-suratnya membuat hati saya hancur......
'Mommy
sayang',
Saya
sangat merindukanmu! Hari
ini, ada sebuah acara 'Pertunjukan Bakat' di sekolah, dan
mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan tersebut.
Tapi kamu
tidak ada, jadi saya tidak ingin menghadirinya juga.
Aku tidak
memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai
menangis dan merindukanmu lagi.Saat itu untuk menyembunyikan kesedihan,
aku duduk di depan komputer dan mulai bermain game di salah satu toko.
Ayah keliling-keliling mencari saya, setelah menemukanku ayah marah, dan
aku hanya bisa diam, ayah memukul aku, tetapi aku tidak menceritakan
alasan yang sebenarnya.
Mommy, setiap hari saya
melihat ayah merindukanmu, setiap kali dia teringat padamu, ia begitu
sedih dan sering bersembunyi dan menangis di kamarnya. Saya pikir kita
berdua amat sangat merindukanmu. Terlalu berat untuk kita berdua, saya
rasa.
Tapi mom,
aku mulai melupakan wajahmu. Bisakah mommy muncul dalam mimpiku
sehingga saya dapat melihat wajahmu dan ingat anda? Temanku bilang jika
kau tertidur dengan foto orang yang kamu rindukan, maka kamu akan
melihat orang tersebut dalam mimpimu.
Tapi
mommy, mengapa engkau tak pernah muncul?
Setelah
membaca surat itu, tangisku tidak bisa berhenti karena saya tidak
pernah bisa menggantikan kesenjangan yang tak dapat digantikan semenjak
ditinggalkan oleh istri saya ....
Untuk
para suami, yang telah dianugerahi seorang istri yang baik, yang penuh
kasih terhadap anak-anakmu selalu berterima-kasihlah setiap hari
padanya.
Dia
telah rela menghabiskan sisa umurnya untuk menemani hidupmu,
membantumu, mendukungmu, memanjakanmu dan selalu setia menunggumu,
menjaga dan menyayangi dirimu dan anak-anakmu. Hargailah
keberadaannya, kasihilah dan cintailah dia sepanjang hidupmu dengan
segala kekurangan dan kelebihannya, karena apabila engkau telah
kehilangan dia, tidak ada emas permata, intan berlian yg bisa
menggantikan posisinya.
No comments:
Post a Comment